BI Guyur Likuiditas Rp 256 T, Ini Bank yang Terima Paling Banyak

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat memberikan Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2024. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat memberikan Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2024. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Bank Indonesia (BI) menyebutkan perbankan di Indonesia mendapatkan tambahan likuiditas sebesar Rp 256,1 triliun dari Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Sebagian besar dinikmati oleh kelompok bank pelat merah.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa bank BUMN menerima insentif KLM senilai Rp 118,6 triliun. Lalu bank swasta Rp Rp 100,5 triliun.

Sementara itu, bank pembangunan daerah (BPD) menerima Rp 24,4 triliun, sedangkan bank asing Rp 2,6 triliun.

“Ke depan kami terus dorong ini dan evaluasi apabila ada penyesuaian-penyesuaian terutama sektor-sektor yang didorong,” katanya dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Agustus 2024, Rabu (21/8/2024).

Perry mengatakan bahwa guyuran likuiditas tersebut menjadi satu penopang pertumbuhan ekonomi.

Sebagai informasi, insentif likuiditas tersebut diberikan kepada bank yang aktif menyalurkan kredit kepada sektor prioritas, seperti hilirisasi mineral dan batu bara, pertanian, perkebunan, pariwisata, perumahan, UMKM, ultramikro, dan keuangan hijau.

Bedasarkan data BI, pertumbuhan kredit per Agustus 2024 tumbuh 11,40% secara tahunan (yoy). Hal ini seiring dengan permintaan dari korporasi yang terbilang kuat. Pada periode yang sama, permintaan kredit rumah tangga tinggi, ditopang oleh kredit kepemilikan rumah (KPR).

Secara sektoral pertumbuhan kredit tinggi pada mayoritas sektor ekonomi sektor industri listrik, gas, dan air serta pengangkutan.

Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh investasi yang tumbuh 13,08% yoy, modal kerja 10,7% yoy, dan konsumsi 10,83% yoy.

Perry juga menjabarkan bahwa pembiayaan dari bank syariah tumbuh di bawah rata-rata industri, yakni 11,41% yoy. Lalu kredit UMKM juga belum menunjukkan penguatan, yakni dengan tumbuh 4,42% yoy.

Adapun rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross per Agustus 2024 sebesar 2,27% dan NPL nett 0,79%.

“Ke depan BI akan terus perkuat sinergi kebijakan dengan KSSK dan OJK dalam mitigasi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*