Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Begini Nasib Indofood Cs!

Terpantau beras menumpuk di gerai Diamond Supermarket, Bekasi, Kamis (14/3/2024).
Foto: dce

Sektor consumer di Indonesia kembali mengalami tantangan akibat deflasi yang terjadi selama empat bulan beruntun. Hal ini akan berimbas pada penurunan daya beli masyarakat yang berdampak pada penjualan perusahaan.

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) pada kemarin, Senin (2/9/2024) telah merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. IHK turun dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Sementara secara bulanan (month to month/mtm), IHK mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Realisasi IHK tersebut lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi yang memperkirakan IHK Agustus 2024 stagnan 0%% dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,18%.

Sedangkan IHK secara tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,15% (yoy) pada Agustus 2024 dan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy.

Sebagai catatan, deflasi pada Agustus 2024 ini menandai deflasi selama empat bulan beruntun.

Deflasinya IHK Indonesia dapat memicu kekhawatiran di pasar bahwa stabilitas inflasi yang terlalu rendah bisa mengindikasikan lemahnya daya beli konsumen, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan catatan deflasi di Agustus terjadi seiring dengan penurunan harga volatile food efek peningkatan produksi bawang merah.

Lebih lanjut, deflasi yang dialami Indonesia selama empat bulan beruntun yang diikuti dengan turun-nya PMI Manufaktur Agustus yang anjlok ke level 48,9 poin menjadi indikasi adanya penurunan daya beli masyarakat.

“Tren deflasi ini dipengaruhi oleh supply pangan yang sudah mulai membaik atau normalized pasca factor el nino di awal tahun ini. Namun kita juga perlu mencermati bahwa ada kecenderungan daya beli masyarakat ada kemungkinan trennya sudah mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan data yang dirilis pagi ini adalah PMI manufacturing Indonesia kembali lagi masuk ke dalam fase kontraktif.” tutur Josua dalam program Profit, CNBC Indonesia (Senin, 02/09/2024).

Sederet emiten dalam sektor consumer goods pun bisa kena dampaknya dari dampak deflasi yang menurunkan daya beli masyarakat.

Sebagai konsumen yang terdampak, mereka akan cenderung mengalihkan opsi pada barang yang lebih murah atau mengurangi konsumsi. Alhasil, perusahaan akan kena dampak pada potensi penurunan penjualan.

Sejumlah emiten yang potensi kena dampaknya antara lain yang bergerak di makanan dan minuman seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), dll.

Meski begitu, masih ada juga peluang dari sektor consumer goods pada sisa tahun ini, mengingat pergerakan rupiah yang masih dalam tren penguatan akan memberikan keringanan pada beban impor untuk bahan baku, serta prospek dari seasonality event pada kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (PIlkada) pada November, kemudian pada akhir tahun ada perayaan Natal dan Tahun Baru.

https://extension.jp.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*