Jumlah BUMN Susut, Laba Makin Gendut

Gedung Kementerian BUMN (detik.com/Hendra Kusuma)

Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin gemilang di saat jumlahnya semakin menyusut. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi BUMN, sebanyak 65 perusahaan BUMN mencetak laba Rp327 triliun pada akhir tahun 2023.

Perolehan tersebut melejit sekitar 2.415% dari Rp13 triliun pada 2020. Sementara itu, jumlah BUMN terus menurun, sebelumnya ada sebanyak 107 di tahun 2020.
Tercatat ada 10 BUMN sepanjang 2023 yang berkontribusi paling besar terhadap total capaian perusahaan pelat merah. Sebut saja PT Pertamina (Persero) yang membukukan laba terbesar, yakni US$ 4,77 miliar atau sekitar Rp 72,77 triliun (realisasi kurs rata-rata sepanjang 2023 Rp 15.255 per US$). Capaian ini naik 17% secara tahunan (yoy).

Lalu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang kembali memecahkan rekor dengan mencatatkan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp60,4 triliun sepanjang tahun 2023. Perolehan tersebut tumbuh 17,54% yoy. Satu sumber pertumbuhannya adalah sektor mikro yang juga merupakan sumbangsih dari Holding Ultra Mikro yang dibentuk sejak 2021.


Begitu pula dengan BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) yang membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 22,4% yoy menjadi Rp 27,5 triliun. Angka ini bahka lebih tinggi 36,3% dari RKAP 2023.

PT PLN (Persero) sukses membukukan laba bersih terbesar dalam sejarah sebesar Rp 22,07 triliun pada 2023 setelah melakukan pembentukan sub holding pada 2022. Perusahaan pelat merah penyedia listrik ini mengelompokkan 7 anak usahanya menjadi empat sub holding yang terintegrasi.

Anggota Komisi VI DPR Martin Manurung mengatakan pengurangan jumlah BUMN menjadi salah satu faktor yang mendorong cetakan laba besar tersebut.
“Salah satunya memang karena konsolidasi dengan holding sehingga lebih efisien dan terjadi ekosistem serta lini bisnis yang lebih terkoneksi,” kata Anggota Komisi VI DPR Martin Manurung saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (26/9/2024).

Menurut anggota DPR Fraksi Partai NasDem itu, konsolidasi BUMN harus terus dilanjutkan agar semakin rapih. Selain itu, dalam penugasan perusahaan pelat merah, harus dipastikan dana pemerintah tersedia agar tidak mengganggu keuangan BUMN.

Menurut Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto pengurangan BUMN itu adalah upaya transformasi BUMN menjadi lebih kompetitif. Dengan langkah ini, produktivitasnya bisa meningkat. Ia mencontohkan merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menjadi satu.

“Merger itu salah satu strategi yang bisa ditempuh korporasi dalam proses meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Terutama pada korporasi yang memiliki line of business yang serupa. Misal merger Pelindo di sektor pelabuhan sudah di klaim menghasilkan kinerja keuangan yg lebih baik dibandingkan saat mereka masih berdiri sendiri (standalone),” kata Toto saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (26/9/2024).

Sementara itu, ia mengatakan transformasi BUMN melalui pembentukan holding company bertujuan untuk membuka nilai potensi yang tidak bisa diraih jika BUMN masih berdiri sendiri.

Anggota DPR RI Komisi VI Amin Ak juga menyampaikan hal yang senada. “Transformasi BUMN termasuk pengurangan jumlah BUMN di dalamnya, mendorong perbaikan margin operasi, penurunan beban bunga akibat restrukturisasi, dan penurunan kerugian kurs juga memberikan kontribusi positif pada laba,” kata Amin saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (26/9/2024).

Faktor lainnya, kata dia, adalah sudah selesainya sekitar 92% proyek strategis yang dibebankan pemerintah terhadap sejumlah BUMN pada akhir tahun 2023. Amin mengatakan penyelesaian itu berdampak bukan hanya berkurangnya beban keuangan BUMN secara signifikan, namun juga meningkatkan laba BUMN.

Anggota DPR Fraksi PKS itu juga menyorot peningkatan aset yang dimiliki BUMN secara keseluruhan juga meningkat dari Rp 8.312 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp10.402 triliun pada tahun 2023.

Faktor Lain

Selain faktor yang berkaitan dengan perampingan BUMN, Amin Ak menyebut ada beberapa faktor lainnya yang mendorong perolehan laba BUMN. Di antaranya, kenaikan harga komoditas seperti minyak, gas, dan batu bara di pasar global meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan BUMN di sektor ini. Ditambah dengan efisiensi operasional BUMN di sektor energi dan pertambangan ini berhasil menekan biaya dan meningkatkan margin keuntungan.

“Pertamina dan anak perusahaannya juga banyak melakukan ekspansi termasuk dalam riset dan pengembangan inovasi dan teknologi, sehingga operasionalisasi perusahaan juga jauh lebih baik,” kata Amin.

Di samping itu, lanjutnya, sektor telekomunikasi dan infrastruktur juga memberikan kontribusi signifikan melalui peningkatan layanan. Pertumbuhan layanan koneksi internet yang diiringi kenaikan traffic data, meningkatkan laba BUMN telekomunikasi.

https://kampalamedicalchambers.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*