Arsip Foto – Karyawan mengawasi proses pemasukan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit kedalam mesin untuk pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Jumat (21/7/2023). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Kementerian Pertanian tengah fokus pada upaya intensifikasi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksi minyak sawit mentah (CPO) yang dibutuhkan sebagai bahan baku biodiesel B50.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Tri Widarto saat ditemui usai forum bisnis Uni Eropa-Indonesia di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa intensifikasi menjadi solusi yang lebih cepat dibandingkan peremajaan yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun.
“Yang memungkinkan adalah intensifikasi, tidak hanya kebun sawit rakyat, tetapi juga kebun milik swasta,” ujar dia.
Dengan luas perkebunan sawit Indonesia yang telah mencapai 16,8 juta hektare, potensi peningkatan produksi dinilai masih sangat besar melalui optimalisasi lahan yang ada.
Terkait dengan tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan CPO untuk pangan, energi, dan ekspor, ia menyatakan bahwa Kementan tengah melakukan kajian mendalam.
Hasil kajian itu nantinya akan menentukan berapa peningkatan produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi semua kebutuhan, baik untuk konsumsi dalam negeri, ekspor, maupun untuk program biodiesel B50.
Ia optimistis bahwa produksi CPO masih dapat ditingkatkan secara signifikan.
“Sekarang kan masih rata-rata 3 ton per hektare setara CPO. Itu masih bisa ditingkatkan menjadi 5-6 ton CPO per hektare. Jadi peluangnya itu masih sangat besar untuk ditingkatkan melalui intensifikasi ataupun peremajaan,” pungkasnya.
Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi CPO pada 2023 diperkirakan mencapai 50,07 juta ton atau naik 7,15 persen dari tahun 2022 yang sebesar 46,73 juta ton.