Mantan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev menegaskan bahwa Ukraina tidak akan pernah berani melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Rusia tanpa restu dari Amerika Serikat dan dukungan NATO.
Serangan besar-besaran Kyiv ke wilayah Rusia, yang terjadi minggu lalu di wilayah Kursk, adalah serangan terbesar sejak perang meletus pada Februari 2022. Meskipun beberapa pejabat Barat telah menyatakan dukungannya terhadap serangan ini, mereka membantah adanya pengetahuan atau keterlibatan sebelumnya dalam operasi tersebut.
“Pengakuan kepemimpinan AS bahwa mereka tidak terlibat dalam tindakan Kyiv di wilayah Kursk tidak sesuai dengan kenyataan… Tanpa partisipasi dan dukungan langsung mereka, Kyiv tidak akan berani masuk ke wilayah Rusia,” ujar Patrushev dalam wawancara dengan media Rusia, Izvestia, dikutip Jumat (16/8/2024).
Sebagai penasihat Presiden Vladimir Putin, yang baru-baru ini ditunjuk untuk mengawasi strategi maritim global Rusia, Patrushev menekankan bahwa “Barat telah menempatkan junta kriminal di pucuk pimpinan Ukraina,” sementara “negara-negara NATO telah memasok senjata, instruktur militer, dan intelijen kepada Kiev, serta mengendalikan tindakan neo-Nazi.”
Serangan yang dilancarkan oleh pasukan Kyiv berhasil dihentikan oleh pasukan Rusia, meskipun mereka masih menguasai beberapa permukiman di wilayah Kursk. Menurut gubernur setempat, setidaknya 12 warga sipil tewas dan 121 lainnya terluka akibat serangan ini, yang memaksa lebih dari 120.000 penduduk untuk mengungsi.
“Tindakan kriminal ini berasal dari firasat akan runtuhnya rezim neo-Nazi Kyiv yang sudah dekat,” tambah Patrushev, seraya menyatakan bahwa “rakyat Ukraina menderita demi kepentingan Amerika Serikat, karena AS telah mengubah negara tersebut menjadi proyek militer anti-Rusia.”
Pejabat Rusia menegaskan bahwa dengan menyerang warga sipil di wilayah Kursk, Kyiv telah menghilangkan peluang untuk pembicaraan damai-meskipun pejabat Ukraina mengklaim bahwa serangan ini justru mendekatkan tujuan tersebut. Moskow menyebut taktik militer Kyiv di Rusia sebagai “terorisme,” dan menuduh negara-negara Barat yang mempersenjatai Kyiv turut bertanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.
“Upaya Washington telah menciptakan semua prasyarat bagi Ukraina untuk kehilangan kedaulatan dan sebagian wilayahnya, termasuk yang diinginkan oleh beberapa sekutu Amerika,” pungkas Patrushev.