‘Work-Life Balance’ Bisa Jadi Bumerang, Profesor Harvard Sarankan Ini

Ilustrasi WFH (Photo by Andrea Piacquadio via pexel)
Foto: Ilustrasi WFH (Photo by Andrea Piacquadio via pexel)

Mengejar keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan atau akrab disebutĀ worklife balanceĀ secara terus-menerus memang mengagumkan, tetapi bisa jadi menakutkan. Untungnya, kini ada pandangan baru yang menawarkan cara hidup yang lebih realistis dan dapat dicapai.

Seorang profesor teknik biomedis di Sekolah Kedokteran Harvard dan MIT, Jeff Karp menggunakan latar belakang ilmiahnya untuk menyamakan gerakan maju mundur pendulum dengan pasang surut kehidupan sehari-hari.

Dalam bukunya, Life Ignition Tools (LIT), Karp mendorong para pembaca untuk menggunakan alam sebagai pedoman dalam menciptakan ide dan bertindak. Salah satu alat yang ia sarankan adalah mengikuti “gaya hidup pendulum”.

“Kami mendengar hal-hal ini dari orang lain, [seperti] kepercayaan dalam proses [dan] keseimbangan sangatlah penting, kami membutuhkan lebih banyak keseimbangan, itu adalah tujuan akhir,” tutur Karp kepada CNBC Make It, dikutip Minggu (22/9/2024).

“Hal ini akhirnya menjadi sangat membuat frustrasi dan dapat menyebabkan kecemasan, karena kita terus-menerus merasa tidak seimbang. Ada kondisi yang seharusnya kita alami [dan] kita tidak pernah berada dalam kondisi itu,” sambungnya.

Karp menyadari dalam hidupnya sendiri, bahkan ketika mencoba yang terbaik, ia memiliki keseimbangan hidup yang tidak selalu berkelanjutan.

“Saya menyadari bahwa jika kita mulai melihat segala sesuatu dalam hidup, seperti tingkat energi kita, motivasi kita, rasa lapar kita, tidur kita, seperti semuanya berada pada bandul, dan Anda mulai melangkah mundur dan memvisualisasikannya, saya pikir itu bisa sangat memberdayakan,” katanya.

“Seperti bandul, [ada] ritme alami dalam hidup,” imbuh dia.

Untuk itu, Karp membagikan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan pasang surut kehidupan demi keseimbangan.

5 Cara untuk Mempraktikkan Gaya Hidup Pendulum

Baik kualitas tidur Anda yang berubah atau tingkat energi Anda yang perlu ditingkatkan, saat pendulum berayun ke arah yang tidak Anda sukai, Karp menyarankan agar Anda bersabar dengan diri Anda sendiri.

“Mulailah alihkan fokus Anda dari ekspektasi untuk mencapai tujuan dan alihkan lebih ke langkah yang sangat sederhana dan tunggal yang dapat Anda ambil untuk sekadar menggerakkan sesuatu kembali ke arah lain,” katanya.

Pada saat-saat tersebut, Karp mendorong Anda untuk menganggapnya sebagai tantangan yang menyenangkan dan mencoba beberapa langkah berikut:

Amati dengan saksama apa yang terjadi

Perhatikan lebih dekat bagaimana praktik Anda sepanjang hari dapat memengaruhi situasi. Kemudian, buat penyesuaian positif yang dapat lebih mendukung Anda.

Perhatikan pola energi alami Anda

Identifikasi waktu dalam sehari, hari dalam seminggu, atau musim sepanjang tahun saat Anda memiliki tingkat energi tertinggi dan terendah. Sesuaikan jadwal Anda untuk memperhitungkan waktu-waktu tersebut guna meningkatkan produktivitas dan waktu istirahat

Jadilah orang yang ingin tahu

Kembangkan minat pada masa-masa sulit dan lihat apa yang dapat Anda pelajari dari masa-masa tersebut. Bersikaplah terbuka terhadap pengalaman baru yang dapat meningkatkan ketahanan Anda.

Pahami bahwa ketika bandul berayun ke satu arah, bandul itu harus berayun kembali

Setiap kali turun, kemungkinan besar akan naik. Ingatlah bahwa perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan.

Lakukan pengecekan diri secara berkala

Pikirkan tentang apa yang terjadi dalam hidup Anda dalam skala yang lebih besar yang mungkin menyebabkan Anda merasakan ketidakseimbangan. Putuskan langkah-langkah kecil apa yang akan Anda ambil untuk memperbaiki keadaan dari waktu ke waktu.

Katakanlah masalahnya adalah Anda kurang tidur dengan kualitas yang baik. Karp mengatakan, mempraktikkan gaya hidup pendulum dapat dilakukan dengan tidur lebih awal atau melakukan peregangan beberapa menit sebelum tidur untuk merelaksasikan tubuh.

“Perhitungkan apa yang berhasil dan apa yang menghambat [Anda],” dorongnya.

“Kemudian pertimbangkan kemungkinan lain, cara berpikir lain, [seperti] ‘Apa langkah pertama yang bisa saya ambil?’,” sambung dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*