Capaian produksi kelapa kopra Indonesia ternyata masih kalah saing dengan Filipina. Baik dari segi produksi kelapa kopra, maupun dari segi yield atau rendemen minyak atas kopra yang dihasilkan, Indonesia masih berada di bawah Filipina.
Tak hanya itu, harga jual kelapa kopra Indonesia diketahui nilainya lebih murah dibandingkan Filipina. Untuk diketahui, kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan.
Merespons hal itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, pihaknya sudah mulai mencoba memperbaiki agar kelapa kopra Indonesia bisa bersaing dengan Filipina di pasar global, seperti dilakukan nursery untuk mendapatkan bibit yang baik.
“Kemudian cara memperlakukan si kelapa kopra itu tidak bisa lagi secara konvensional. Menurut saya, cara menjemurnya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Saya kira perlu diperbaiki, karena kalau di Filipina itu sudah tidak lagi hanya dijemur begitu saja, tapi dia sudah dilakukan seperti diasap. Itu mungkin teknologi sederhana yang harus kita kenalkan,” kata Suharso saat ditemui di Kantor Bappenas, Jakarta, Senin (30/9/2024).
Suharso mengatakan, Bappenas terus mendorong hilirisasi kelapa nasional bisa berjalan dengan baik. “Kami memperoleh informasi, mencoba mencari tahu apa yang terjadi di belahan mana di dunia, supaya kemudian kita berikan kepada kementerian dan lembaga yang terkait langsung untuk hal itu,” lanjut dia.
“Jadi kita tidak menjadi pelaku langsung, tapi kita memberikan laporan-laporan terbaru, memberikan pandangan-pandangan kita, memberikan skema-skema secara pendekatan baru, termasuk juga bagaimana semestinya perlakuan itu bisa dilakukan terorkestrasi sedemikian rupa oleh semua yang terlibat di dalam industri kopra kelapa. Yang kita ingin kejar itu ke industri-nya,” sambungnya.
Adapun target agar kelapa kopra Indonesia bisa mengalahkan Filipina, katanya, sudah menjadi target pihaknya sejak 10 tahun lalu. Namun, lanjut dia, target itu tidak tercapai di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Wah kalau target itu sudah 10 tahun yang lalu targetnya, tapi tidak tercapai di RPJMN,” ucap dia.
Meski begitu, Suharso mengatakan pihaknya terus menargetkan Indonesia tetap menjadi produsen kelapa nomor satu di dunia. Saat ini, lanjutnya, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara produsen kelapa terbesar dunia. Namun ia menekankan, Indonesia tidak boleh berpuas diri hanya menjadi nomor dua. Katanya, Indonesia harus menjadi yang pertama sebagai produsen terbesar kelapa dunia.
“Kita punya target itu, kita akan tetap menjadi nomor 1 di dunia, tapi sekarang kita digeser, bahkan kita khawatir kita bisa jadi nomor 3 atau nomor 4. Jadi sekarang kita masih nomor 2, tapi kita tidak bisa berbangga dengan nomor 2. Masa kita kalah dengan Filipina yang luasnya kita lebih besar,” kata Suharso.
Hilirisasi Jadi Kunci
Dalam kesempatan sama, Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) Amrizal Idroes membeberkan, bobot produksi kelapa kopra Indonesia hanya sebanyak 1,42 juta ton, sementara Filipina bobot produksinya mencapai 1,96 juta ton.
Kemudian, jumlah produksi kelapa kopra Indonesia sedikit berada di atas Filipina, yakni 15,13 miliar butir kelapa, sedangkan Filipina 14,9 miliar butir kelapa. Bobot produksi minyak kelapa Indonesia berada di level 0,89 juta ton, sedangkan Filipina mencapai 1,24 juta ton.
Ekspor minyak kelapa kopra Indonesia 0,74 juta ton atau setara US$ 0,74 juta, sedangkan Filipina 1,13 juta ton atau setara US$ 1,77 juta. Ekspor bungkil, atau limbah dari pembuatan minyak kelapa Indonesia sebanyak 0,29 juta ton atau setara US$ 62,4 ribu. Sementara ekspor bungkil Filipina 0,28 juta ton atau setara US$ 62,4 ribu. Dengan jumlah ekspor yang lebih sedikit, harga jual bungkil Filipina dihargai lebih mahal ketimbang bungkil Indonesia.